Selasa, 15 Januari 2013

Sepak Bola (soccer)

  

                Di mana saja dan kapan saja, sepak bola selalu menarik dan mempesona manusia. Kata kolumnis bola Walter lutz, kendari perang, kritis, bencana, skandal permainan, suap menyuap perwasitan, penghianatan tehadap  fair- play, sepak bola tidak pernah lapuk dan mati, malahan senantiasa ada dan terus menghibur dunia. Mungkin karena sepak bola bukan hanya telah menjadi olahraga rakyat tetapi juga hiburan umat manusia,
                Namun bukan itu saja. Sepak bola juga dunia para hero. Dalam sepak bola, penonton di ajak untuk menikmati pemain-pemain bola yang berupaya mengerahkan kehebatannya melampaui batas-batas kemampuannya. Lapangan hijau, taktik, teknik kostum, dan aksesori lainnya menyulap para hero itu menjadi lebih mempesona. Dan adalah anugrah pada dunia sepak bola, bahwa padanya didatangkan para pemain yang tidak hanya kekar atau gagah, tetapi juga tampan. Itulah sebabnya, lebih sekedar sport, sepak bola telah menjadi show, yang di gemarisiapa saja, lelaki bahkan wanita.
                Namun sepak bola bukanlah show yang dangkal seperti opera sabun. Sebab dalam sepak bola, pemain-pemainnya menjadi anak-anak manusia yang bergulat dengan kerasnya kehidupan. Pergulatan dengan kerasnya kehidupan itu tidak selalu berakhir dengan kemenanganyang gilang-gemilang. Sering pergulatan mati-matian itu hanya menghantarkan para pemain dan penonton yang terlibat dengan mereka kegagalan yang pahit dan menyedihkan. Itulah sebabnya didalam sepak bola kita dapat melihat dan merasakan tragedy, komedi, ketabahan untuk menerima kegagalan, tekad dan keberanian untuk selalu bangun meraih kemenangan. Memang sepak bola membawa tawa, tapi sepak boa juga membawa tangis.
                Sepak bola dengan amat tegas melibatkan penontonnya untuk senantiasa berani di antara kemenangan dan kegagalan. Karena itu, sepak bola dapat mengajari orang untuk mangalami realism nasib. Dan nasib itu, entah kesuksesan entah kegagalan, tidak terbaca dalam suatu pergulatan dalam rentang waktu yang lama, tetapi tiba-tiba terjadi dalam peristiwa tidak terduga, serta dalam waktu yang pendaek dan sesingkat-singkatnya. Kalah ataumenang itu sering di tentukan dalam waktu tiga menit saja. Itulah yang di tulis oleh Johan Cruyff dalam puisinya:
                In each game there are only three ninutes
                and those of course subidivided into moments
                that really matter
                in there minutes you win or lose

(Dikutip dari: J. van Tijn: The Poetry of Johan Cruyff, dalam Vrij Neterland. The Republic of etters, oktober1993, hlm 24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar